Cloud computing mengacu pada distribusi sumber daya TI seperti penyimpanan data, server, database, jaringan, dan perangkat lunak secara bayar sesuai pemakaian. Sederhananya, cloud computing memungkinkan Anda untuk menyimpan dan mengakses data dan aplikasi melalui internet daripada di hard drive komputer. Ada banyak keuntungan dalam pemakaian cloud computing, termasuk:
1. Elastisitas: Cloud computing memungkinkan pelanggan untuk meningkatkan dan menurunkan skala sumber daya sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka.
2. Fleksibilitas: Cloud memungkinkan pengguna untuk membangun infrastruktur yang fleksibel. Hal ini memberikan akses ke berbagai pilihan teknologi mutakhir yang memungkinkan pengguna untuk meningkatkan skala lebih cepat.
3. Simple Deployment: Hanya dengan beberapa klik, pengguna dapat menyebarkan aplikasi Anda ke beberapa area.
4. Penghematan Biaya: Pengeluaran sesuai permintaan cloud menghilangkan biaya server yang terbuang percuma, yang dapat menghemat biaya.
Ketika kita mendengar istilah "load balancing," hal pertama yang muncul dalam pikiran adalah apa pun yang menyeimbangkan load dalam sistem. Di cloud computing, load balancing memang pada dasarnya menyeimbangkan sistem load (beban). Load balancing adalah teknik menyebarkan beban kerja atau lalu lintas di antara banyak server di lingkungan cloud sehingga mereka dapat beroperasi dengan lancar dan efisien. Stress balancing terutama digunakan untuk melindungi server dari beban yang tidak semestinya dan potensi kegagalan karena beban yang berat.
Kita mungkin menganggap load balancing di cloud sebagai "polisi lalu lintas" yang mengawasi situasi yang berpotensi kacau. Ibaratnya seperti melakukan pemeriksaan kesehatan untuk menjamin bahwa server selalu tersedia dan berjalan dengan baik.
Load balancing adalah teknik jaringan umum untuk mendistribusikan lalu lintas di antara banyak server di server farm. Load balancer meningkatkan ketersediaan dan responsivitas aplikasi sekaligus mencegah kelebihan server. Setiap load balancer terletak di antara perangkat klien dan server backend, menerima dan kemudian mendistribusikan permintaan masuk ke server mana pun yang dapat menanganinya.
Load balancer bisa menjadi salah satu dari berikut ini:
Load balancer memantau performa backend resources dan mengarahkan ltraffic menjauh dari server yang tidak dapat menangani permintaan. Load balancer mendistribusikan lalu lintas ke beberapa server web di kumpulan sumber daya, terlepas dari apakah itu perangkat keras atau perangkat lunak, atau algoritma apa yang digunakannya. Ini memastikan bahwa tidak ada satu server pun yang menjadi terlalu banyakbekerja (overworked) dan karenanya tidak dapat diandalkan. Ini secara efektif mengurangi waktu yang diperlukan server untuk merespons dan meningkatkan throughput.
Tugas load balancer kadang dianalogikan dengan tugas polisi lalu lintas, karena dirancang untuk secara sistematis merutekan permintaan ke lokasi yang sesuai pada waktu tertentu, menghindari bottlenecks yang mahal dan kecelakaan yang tidak direncanakan (accidents). Load balancer , pada akhirnya, memberikan kinerja dan keamanan yang diperlukan untuk menjaga lingkungan TI yang kompleks tetap berjalan dengan lancar.
Load balancing adalah cara yang paling dapat diskalakan untuk menangani sejumlah besar permintaan yang dihasilkan oleh alur kerja multi-aplikasi dan multi-perangkat saat ini. Load balancing, bersama dengan sistem yang menawarkan akses tanpa batas ke beberapa aplikasi dan desktop dalam ruang kerja digital saat ini, membantu karyawan memiliki end-user experience yang lebih konsisten dan andal.
Berikut ini adalah cara kerja load balancer berbasis hardware:
Load balancer berbasis software, di sisi lain:
Kita dapat menyimpulkan bahwa load balancing memainkan peran penting dalam sistem cloud setelah mempelajarinya lebih lanjut. Ini adalah komponen penting dari arsitektur cloud computing yang memastikan ketersediaan server dan distribusi beban kerja. Pertimbangkan keuntungan berikut dari load balancing dalam lingkungan cloud computing:
Organisasi TI dapat menjamin skalabilitas dan ketersediaan layanan dengan menggunakan Application Delivery Controllers (ADC) dengan kemampuan load balancing. Kemampuan manajemen lalu lintasnya yang luas dapat membantu perusahaan dalam merutekan permintaan secara efisien ke sumber daya yang sesuai untuk setiap pengguna akhir. Banyak fungsi lain (seperti enkripsi, otentikasi, dan firewall aplikasi web) tersedia melalui ADC, yang dapat memberikan satu titik kontrol untuk mengamankan, mengelola, dan memantau beberapa aplikasi dan layanan di berbagai lingkungan sambil memastikan end-user experience akhir terbaik.
Load balancer teeletak di depan server, bertindak sebagai "polisi lalu lintas," mengarahkan permintaan klien di semua server yang mampu memenuhi permintaan tersebut dengan cara yang memaksimalkan kecepatan dan pemanfaatan kapasitas sambil memastikan bahwa tidak ada satu server pun yang terlalu banyak bekerja, berpotensi menurunkan kinerja. Load balancer mentransfer lalu lintas ke server online yang tersisa jika satu server turun. Ketika server baru ditambahkan ke grup server, load balancer mulai mengirim permintaan ke sana secara otomatis. Terlepas dari bentuknya, alat load balancer mendistribusikan lalu lintas di beberapa server untuk memastikan bahwa tidak ada satu server pun yang kelebihan beban. Secara efektif, load balancing meminimalkan waktu respons server.
Fungsi load balancing sama dengan polisi lalu lintas yang bertugas mencegah kemacetan lalu lintas dan insiden jalan yang tidak diinginkan. Load balancer harus mampu memastikan kelancaran arus lalu lintas jaringan sekaligus memberikan rasa aman dalam sistem kerja jaringan yang kompleks. Load balancing menjadi metode yang paling dapat diskalakan untuk menangani beberapa permintaan akses dari alur kerja multi-aplikasi dan multi-perangkat. Dengan akses tanpa batas dunia digital saat ini, load balancing memastikan pengalaman user yang lebih baik.